Pria: Aku mencintaimu.
Wanita: Ah masa… lebih dari apapun juga?
Pria: Iya, lebih dari apapun juga.
Wanita: Bahkan lebih dari Tuhan sekalipun?
Pria: Hm..tidak, aku lebih cinta Tuhan daripada kamu.
Wanita: nguikz… (>.<) ngambekzzz, huh…jadi kamu tidak mencintaiku dong?
Pria: Bukan begitu, aku mencintai Tuhan lebih dari apapun juga karena dia adalah sumber cinta yang sejati dan kekal. Maka ketika aku mencintai Tuhan, aku juga belajar akan cinta Tuhan padaku yang adalah cinta sejati. Dari sumber cinta inilah aku dapat memberimu cinta yang sejati. Kalau aku meletakkan kamu di atas cinta pada Tuhan, maka cintaku padamu bukanlah cinta sejati melainkan cinta semu yang tidak mempunyai dasar/konsep. Ya, kita cuma bisa belajar konsep cinta dari Tuhan, diluar itu “cinta” bukanlah cinta. Namun ketika aku mencintai Tuhan lebih daripada kamu, aku memiliki dasar/konsep cinta yang sejati dan kekal, yang aku berikan kepadamu. Aku melihat konsep dasar cinta sejati dari Tuhan yang begitu mencintai manusia bahkan berkorban baginya, dan itulah konsep cinta sejati.
Manusia itu mudah jatuh, sehingga kalau kita tidak meletakkan Tuhan sebagai dasar cinta kita, maka “cinta” kita akan jatuh. Tetapi kalau kita meletakkan Tuhan sebagai dasar cinta kita, kita mempunyai tiang penopang kokoh yang bisa kita genggam. Dari tiang penopang inilah mengalir cinta sejati yang menyelubungi kita berdua. Inilah cinta sejati, yaitu cinta segitiga antara aku, kamu, dan Tuhan.
Inilah “paradoks” itu:
Ketika aku mencintai kamu lebih dari Tuhan, sebenarnya aku tidak mencintaimu.
Ketika aku mencintai Tuhan lebih dari kamu, sebenarnya aku mencintaimu.
Aku bertanya pada Tuhan, Tuhan berilah padaku kekuatan cinta sejati agar aku dapat mengasihi dengan sepenuh hatiku..
Tapi Tuhan menjawab :
Tidak, Tetapi aku memberimu pasangan sebagai kekasihmu, agar kamu dapat belajar mencintai-Ku dengan sepenuh hatimu..
–> Salam sesama ‘Jesus Inside’ dari Bali.. 😉